Friday, May 30, 2014

Berkat COTO MAKASSAR

Apa yang istimewa dari masakan dan makanan khas Indonesia? bagi teman-teman sekalian yang sedang berada di Tanah Air mungkin hanya rasa dan suasana tempat makannya, akan tetapi, bagi kami yang sedang jauh dari tanah air hal itu menjadi barang yang tak ternilai harganya, terlebih kita bisa berkumpul bersama, makan, bercanda, dan menghabiskan waktu seperti layaknya sebuah keluarga besar.
PNU-ISO - Foto Courtesy : Mbak Hasni

Minggu ini, berkat Bapaknya Mbak Hasni yang sedang berkunjung ke Korea untuk menghadiri konferensi, kami, keluarga besar PNU-ISO berkesempatan mencoba dan menikmati COTO MAKASSAR. Yap, bagi saya ini benar-benar pertama kalinya merasakannya. Kesan pertama ketika mencicipnya ada rasa haru dan bahagia, huaa, COTO MAKASSAR itu enakkk sodaraa. Kemaren-kemaren kemana aja ya? :D

Sedikit Penasaran Tentang COTO MAKASSAR, ngintip dulu yuk, bumbunya apa saja. ini versi populer dari beberapa web yang saya baca
Bumbu :
6 siung bawang merah
4 siung bawang putih
1 1/2 sdt merica
1 sdm ketumbar sangrai
1/2 sdt jinten
3 cm jahe
5 cm lengkuas
50 gram kacang tanah, sangrai. Buang kulitnya.
Bumbu Lainnya :
5 cm kayu manis
8 siung bawang merah, iris tipis
2 batang serai, memarkan
3 sdm tauco
1 sdm gula merah
1/2 sdt kaldu instan (jika suka)
Bahan :
1. Daging sapi, potong dadu kecil
2. Cabe rawit untuk sambal
3. Jeruk nipis/lemon
4. Daun Bawang
5. Kacang Tanah goreng
Setelah itu Cara Masaknya (Ini ala Korea ya)
1. Didihkan air cucian beras, kemudian masukkan bumbu sesuai takaran
2. Setelah mendidih, masukkan daging yang dipotong dadu kecil, sampai empuk
3. Setelah daging terasa empuk, tambahakan garam dan gula secukupnya
4. Sajikan bersama, cabe uleg, jeruk nipis/lemon, daun bawang, dan kacang tana

Saturday, May 17, 2014

Reblog (lagi), Mau Cepat Kaya? selalu Bagi Penghasilanmu Jadi 5 Bagian

Lagi uiseng dan susah fokus, akhirnya malah blogwalking dan baca-baca artikel random, dan nemu artikel bagus dari sini,

Li Ka-Shing, pengusaha terkenal dari Hongkong membagikan caranya untuk menjadi kaya dalam waktu singkat. Orang yang juga dikenal sebagai orang terkaya di Asia ini memiliki cara unik yang bisa kita tiru jika mau berkembang pesat sebagai seseorang yang sukses.

Berikut bagaimana Li Ka-Shing mengalokasikan pendapatan dan bertingkah laku sebelum, selama dan setelah ia menjadi orang penasaran

Tentang mengalokasikan Pendapatan

1. Selalu bagi pendapatan jadi 5 bagian.
Berapapun penghasilanmu, selalu pisahkan jadi 5 bagian. dengan begitu kamu dapat mengatur pengeluaranmu dengan baik.

Setuju dengan ini :D. Saya menggunakan bantuan Money Manager dan Ngaturduit.com. Lumayan mudah digunakan dan sangat membantu pengalokasian dan monitoring pengeluaran.

2. Dana 1 : Biaya Hidup
Gunakan bagian pertama untuk biaya hidup sehari-hari. Pilih makanan yang murah. Untuk sarapan kamu perlu susu dan telur (Karena saya sedang menghindari telur, jadi diganti roti/sereal dan susu :D). Makan siang diisi dengan menu sederhana dan buah, dan memasak sendiri untuk makan malam. Menunya cukup dua jenis sayur dan segelas susu sebelum tidur. Selama badanmu masih mudah, kamu tidak akan bermasalah dengan pola makan seperti ini.

Karena saya sedang tinggal di negara yang susah mencari makanan halal, dan rata-rata harganya relatif mahal, memasak adalah harga mati sepertinya, dan tentu saja wajib memperhatikan nilai gizi(kandungan serat, protein, vitamin, lemak, dll nya)

3. Dana 2 : Menjamu Teman
Gunakan bagian kedua ini untuk biaya sosial. Perluas pergaulanmu. Ini akan membuat kamu jadi pribadi yang berkembang. Gunakan uang ini untuk biaya telepon dan mentraktir teman. Ingat, teman yang kamu jamu haruslah yang lebih dari kamu. Dia harus punya semangat yang lebih darimu, lebih kaya atau punya pengaruh dalam perkembangan karirmu. Dalam setahun, kamu akan punya banyak teman. Dan dikenal sebagai orang yang baik dan pemurah.

Kalo menurut pendapat saya, bagian 2 ini memang wajib, lebih tepatnya untuk dana sosial, termasuk amal, infaq, dan zakat. Inget suatu hadist yang bunyinya kurang lebih "jemputlah rezeki mu dengan amal dan sedekah".

4. Dana 3 : Dana Belajar
Pakai bagian ketiga untuk belajar. Beli buku atau ikut pelatihan. Karena kamu belum punya uang, kamu harus fokus ke belajar. Sisihkan untuk beli buku setiap bulan. Resapi dan pelajari apa yang diajarkan di buku itu. Setelah selesai membaca, tuliskan lagi isi bukunya sesuai dengan pemahamanmu. Jangan ragu-ragu jua untuk mengikuti pelatihan yang bisa meningkatkan kemampuanmu.

Well, ini bisa berbeda-beda tiap orang. Karena saya sedang melanjutkan studi, bagian ini dipakai untuk nabung buat bayar SPP, maklum karena beasiswa diberikan dengan sistem seperti gaji, yang diterima setiap bulan. Jadi harus mengalokasikan sendiri dana untuk bayar SPP. Bagi temen-temen yang sudah bekerja, bisa juga ikut pelatihan atau beli buku tentang membuka bisnis dan berenterpreneur, karena sepertinya menarik jika kita bisa membuka usaha sendiri, meskipun dimulai dari yang kecil ;)

Thursday, May 15, 2014

Sifat orang Jepang yang patut ditiru

Reblog dari wall FB group "sukses"

Banyak kebiasaan-kebiasaan baik orang jepang yang harus kita tiru untuk menggapai kesuksesan, apapun makna sukses menurut kita. Disini kita akan mengkaji 10 alasan orang jepang sukses, dan mudah-mudahan gaya hidup kita bisa berobah dari yang tidak baik menjadi baik setelah membaca tulisan ini.

Jepang, bersama China dan Korea Selatan sukses menjadi raksasa Asia dalam teknologi dan ekonomi. Padahal mereka hancur lebur saat kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Apa saja rahasia sukses mereka?

1. Kerja Keras
Bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat (1957 jam), Inggris (1911 jam) dan Perancis (1680 jam. Seorang pekerja di Jepang bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.

Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang.

Karena bangsa Jepang tidak menyukai kemalasan, maka jangan heran apabila mendengar kabar pengemis ditemukan tewas di emperan karena tidak ada yang memberi sedekah. Bukan berarti mereka pelit, tetapi bangsa Jepang tidak suka melihat mereka yang hanya ingin "enaknya doang". Namun mereka akan dengan senang hati memberi bantuan modal dengan syarat lunak apabila kita ingin bekerja. Ingat, Jepang adalah negara yang sering memberikan hibah kepada Republik Indonesia.

2. Budaya Malu
Malu adalah budaya turun temurun bangsa Jepang. Harakiri, menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran atau gagal dalam tugas. Memasuki dunia modern wacananya sedikit berubah ke makna "mengundurkan diri" bagi pejabat yang terlibat masalah korupsi atau gagal menjalankan tugas. Efek negatifnya adalah banyak anak-anak usia sekolah yang bunuh diri karena nilainya jelek atau tidak naik kelas.

Orang Jepang malu terhadap lingkungannya bila melanggar aturan/norma yang sudah menjadi kesepakatan umum. Mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam berbagai situasi seperti beli tiket. Bahkan untuk memakai toilet umum mereka berjajar rapi walau sudah kebelet.

3. Hidup Hemat
Bangsa Jepang memiliki semangat hidup hemat. Sikap anti konsumerisme terlihat dalam berbagai bidang kehidupan di Jepang. Anda akan terheran-heran kalau melihat supermarket disana ramai antrian pada pukul 19.30. Ternyata supermarket disana memotong harga sampai separuhnya pada waktu setengah jam sebelum tutup. Banyak orang Jepang tidak memiliki mobil bukan karena tidak mampu membeli tapi lebih hemat menggunakan bus atau kereta untuk bepergian.

4. Loyalitas Tinggi
Loyalitas membuat sisatem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Tidak seperti di negara lain, sangat jarang ada orang Jepang yang berpindah-pindah perusahaan. Karena mereka mempunyai sense of belonging yang tinggi terhadap tempatnya bekerja. Bagi mereka, terlebih bagi yang terlibat sejak awal berdirinya perusahaan, kesuksesan perusahaan adalah kesuksesan bagi mereka juga. Oleh karena itu banyak orang Jepang yang bertahan di sati-dua perusahaan sampai pensiun. Ini bukan berarti mereka tidak suka suasana baru atau tantangtan baru, melainkan hanya masalah loyalitas.

5. Inovasi
Bangsa Jepang adalah bangsa penemu, tapi punya keleibihan dalam "memoles" temuan orang dan memasarkannya dalam bentuk berbeda yang diminati oleh masyarakat. Ingat saja kesuksesan Walkman produksi Sony yang legendaris yang merupakan pengejawantahan Radio Tape Casette dalam bentuk portabel dan bisa dimasukkan ke saku. Atau kereta api yang bukan mereka penemunya, tetapi merekalah yang pertama menciptakan Shinkansen (kereta peluru).

6. Pantang Menyerah
Kalau kita menelisik mengenai sejarah Jepang maka kita akan memaklumi bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang tahan banting dan tak pernah menyerah. Berpuluh tahun hidup dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses hubungan dengan luar negeri membuat Jepang sangat tertinggal dalam teknologi dan perekonomian. Ketika Restorasi Meiji dimulai, Jepang langsung cepat beradaptasi dan menjadi fast learner yang belajar dengan cepat. Miskkinnya sumber daya alam yang dikandung tanahnya tidak membuat mereka menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi di Tokyo, Kobe dan Tsunami besar baru baru ini ternyata Jepang tidak habis. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Akio Morita dulu mnjadi bahan tertawaan ketika Walkman ke negara lain tetapi kemudian kita tahu bahwa Sony Walkman menjadi legenda dan Sony adalah sebuah nama yang menjadi jaminan mutu apabila kita membicarakan produk-produk hiburan berbasis lektronik.

7. Budaya Membaca
Bangsa Jepang amat gemar membaca dan tidak suka membuang-buang waktu. Jangan kaget kalau datang ke Jepang dan masuk ke kereta, sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa terlihat asyik membaca buku atau koran tidak peduli mereka duduk atau berdiri. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dan lain-lain disajikan dengan menarik membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa Inggris, Perancis dan lain-lain). Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja keras yang terlalu bersifat individualistik, seperti misalnya klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada ujar-ujar bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. Kemandirian Dipupuk Sejak Dini
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Anak yang bersekolah mulai di usia TK harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di TK setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Mereka bekerja part-time untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Menjaga Tradisi dan Selalu Menghormati Orang Yang Lebih Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan dosen saya di kampus banyak yang merupakan lulusan Fakultas Pertanian di Jepang.(Posted by Wali almadadi)

Tuesday, May 13, 2014

Let only the good out

Postingan kali ini murni adalah pendapat pribadi, no offense. Jadi kalo ada temen yang nggak setuju atau tersinggung maafkeun ya :)

Baru-baru ini berbagai media laiknya sedang ramai memperbincangkan pro dan kontra pemblokiran situs video sharing vimeo oleh Trust+ Kominfo yang dianggap melanggar salah satu pasal di UU ITE. *jadi inget waktu kuliah Keamanan Komputer dulu. Penyebab sesungguhnya pemblokiran ini banyak versi. Kalau versi kominfo, jelas berkedok pada UU ITE, tapi ada juga yang beropini bahwa hal ini dipicu oleh video 'Goyang Seronok' dalam sebuah kampange partaiyang dekat dengan kubu sang menteri yang diunggah di situs tersebut (sumber:detik.com).

Hmmm, jika ditanya mana yang benar, mungkin hanya sang pembuat kebijakan yang tahu ya. Yang membuat hal ini ramai dan lucu versi saya, ketika membaca status beberapa teman di sosial media yang menumpat, dan mengolok-olok sang menteri. Well, tak bisa dipungkiri bahwa kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan internet pasti menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan yang paling kena imbasnya pasti orang yang menggantungkan hidup(*mode lebai) di sana. Kenapa ini jadi lucu? tau ndak kalo sesungguhnya dari status atau umpatan yang diposting di sosial media tak akan mengubah sedikit pun yang namanya kebijakan yang ditetapkan, tapi justru malah memblow up dan secara tidak langsung mengumumkan pada semua yang membacanya bahwa kamu adalah haters no.1 nya pak ini, dan sedang punya banyak waktu luang sampai sempat mengumpulkan info tentang keburukan seseorang selain melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.

kata orang sosial media adalah ajang berekpresi dan mengungkapkan "what's on your mind?". Iya bener, tapi bayangkan kalo ada orang yang serius nanggepin, dan sampai melaporkan ke pihak yang berwajib, bisa-bisa ikutan kena pasal UU ITE juga,nah loh, jadi ribet kan. Jadi inget kasus "Dinda" yang men-share status tentang kekesalannya pada ibu hamil, yang menuai banyak protes sampai ramai di berbagai media. Secara tidak langsung citra mbak ini jadi buruk, bahkan orang secara tak langsung, kenal atau tidak, akan mencap mbak ini adalah orang yang super jahat, meskipun sesungguhnya kita tak tau jg seperti apa sifat aslinya *jadi kasian juga.

Moral of the story, sesungguhnya apa pun yang kau bagi, itu juga yang akan kau terima. So, berbagilah dan sebarkan kebaikan, maka kamu akan mendapatkan kebaikan juga. ;)

Spread the positive, since
One scabbed sheep is enough to spoil a flock